Tak dipungkiri, banyak umat Islam resah
dengan keberadaan Wahabi alias Salafy — demikian mereka menjatidirikan
kelompoknya. Cara dakwah yang mereka lakukan, membuat umat Islam gerah.
Mereka kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di
luar kelompoknya. Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata
kasar keluar dari mulut kaum Wahabi. Dengan enteng, mereka memberi
cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khurafi, penyembah
kubur, gerakan sempalan sesat, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan
kelompoknya. Anehnya, ketika (ulama) wahabi dikritik gerakan Islam
lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik
habis-habisan para pengkritiknya.
Sebetulnya, kalau mereka mau menelaah
ulang kitab para pendahulunya, seperti Ibnu Taimiyah sebagai tokoh
sentral mereka. Mereka akan sadar bahwa Ibnu Taimiyah sendiri tidak se-ekstrem kaum
salafi sekarang. Peringatan maulid misalnya, Ibnu Taimiyah menyatakan
bahwa merayakan maulid dengan dasar cinta Nabi Saw. adalah bernilai
pahala. Kaum wahabi berpendapat sebaliknya. Mereka mengatakan perbuatan
itu sebagai bid’ah, kurafat, dan pengkultusan yang ujung-ujungnya adalah
syirik.
Bagi masyarakat Muslim, jika ada
kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki dan membid’ahkan
amalan-amalan ahlussunnah, cukuplah dijawab dengan dalil-dalil imam
mereka sendiri, yang akan kita bahas satu persatu. Dijamin, mereka bakal
kelabakan dan diam seribu bahasa. Sebab, nyatanya mereka melabrak
pendapat-pendapat para imam mereka sendiri.
Berikut kami tunjukkan beberapa bukti yang shahih.
PERTAMA, tentang maulid. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya, Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269
menyatakan bahwa mereka yang mengagungkan maulid mendapat pahala besar
karena tujuan baik dan pengagungan mereka kepada Rasulullah Saw..”
Video berikut akan memperjelas buktinya
Terjemah narasi:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta. Amma ba’du
Peringatan maulid Nabi Saw. itu
tergolong bid’ah hasanah. Peringatan semacam ini sudah ditradisikan
sejak ratusan tahun lalu. Peringatan ini merupakan kesepakatan yang
dilakukan oleh raja-raja, para ulama’, masayikh. Termasuk para ahli
hadits, pakar fikih, orang-orang zuhud, para ahli ibadah dan berbagai
individu dari kalangan awam.
Di samping itu, peringatan ini punya
dasar kuat yang diambil dengan cara istinbath seperti telah dijelaskan
Imam al-Hafid Ibnu Hajar dan para ulama ahlussunnah lainnya.
Diantara bidah dan kesesatan para
penentang tawassul, mereka mengharamkan maulid dengan ekstrem. Bahkan
seorang tokoh mereka, Abubakar Aljazairi –semoga Allah memberinya
petunjuk- menyatakan, sembelihan yang disediakan untuk suguhan maulid
lebih haram dari babi. Wal iyadzu billah, semoga Allah melindungi kita
dari membenci Rasulillah Saw.
Begitu antinya mereka terhadap
maulid. Namun yang menarik, Ibnu Taimiyah sendiri tidak mengharamkan,
bahkan dalam sebagian fatwanya dia katakan, “Jika maulid dilaksanakan
dengan niat baik akan membuahkan pahala,” artinya sah-sah saja dilakukan.
Marilah kita simak kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim karya
seorang filosof mujassim Ahmad ibn Taimiyah (meninggal tahun 728
hijriah) cet. Darul Fikr Lebanon th.1421 H. Pada hal.269 Ibnu Taimiyah
berkata,
“Adapun mengagungkan maulid dan
menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya.
Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan
pengagungannya kepada Rasulullah Saw..”
Jika semua ini telah jelas, maka
bersama siapakah kelompok sempalan wahabi ini? Mereka tidak bersama
ahlussunnah wal jamaah. Tidak pula bersama tokohnya, Ibnu Taimiyah.
Sepatutnya mereka mencela diri mereka sendiri, dan bertaubat dari
kesesatan mereka selama masih ada kesempatan. Cukuplah sebagai kehinaan,
penilaian buruk mereka terhadap hal yang telah disepakati kaum muslimin
berabad-abad di penjuru timur dan barat bumi.
Segala puji bagi Allah yang telah
memberi kita taufiq untuk menjelaskan hal ini. Semoga salawat dan rahmat
Allah tetap tercurah atas Rasulullah Saw..
KEDUA, Ibnu Taimiyah meriwayatkan kisah Abdullah bin Umar yang sembuh dari lumpuhnya setelah ia ber-istighasah dengan memanggil nama Rasulullah Saw..
Simak video berikut:
Terjemahnya:
Alhamdulillah Rabbil Alamin. Salawat
dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw.. Amma ba’du, ini
adalah kitab “al-Kalimut Toyyib” karya filsuf mujassim Ahmad bin
Taimiyah al Harrani (w.728 H) cet. Darul kutub ilmiyah Beirut 1417 H
“عن الهيثم بن حنش قال كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما فخدرت رجله أي أصابها مثل شلل فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك فقال يا محمد فكأنما نشط من عقال -أي تعافى فورا-”.
Pada halaman 123 Ibnu Taimiyah berkata
“Dari al-Haitsam bin Hanasy dia berkata,
‘Kami sedang bersama Abdullah bin Umar r.a. tatkala tiba-tiba kakinya
mendadak lumpuh, maka seorang menyarankan ’sebut nama orang yang paling
kau cintai!’ maka Abdullah bin Umar berseru, ‘Ya Muhammad!’ maka dia
pun seakan-akan terlepas dari ikatan, artinya sembuh seketika.”
Inilah yang diterangkan Ibnu
Taimiyah dalam kitabnya “al-Kalimut Toyyib” (perkataan yang baik), yakni
dia menilai baik semua isi kitabnya.
Yang dilakukan Abdullah bin Umar ini adalah istighatsah dengan Rasulullah Saw. dengan ucapan ‘Ya Muhammad’
Dalam Islam ini diperbolehkan, Ibnu
Taimiyah menganggapnya baik, menganjurkannya, dan mencantumkan dalam
kitabnya, “al-Kalimut Toyyib”.
Ini menurut wahabi sudah termasuk
kufur dan syirik, artinya istighasah dengan memanggil Nabi Saw. setelah
beliau wafat adalah perbuatan kafir dan syirik menurut wahabi.
Apa yang akan dilakukan kaum wahabi
sekarang? Apakah mereka akan mencabut pendapatnya yang mengkafirkan
orang yang memanggil ‘Ya Muhammad’ ataukah mereka tidak akan mengikuti
Ibnu Taimiyah dalam masalah ini? Padahal dialah yang mereka juluki
Syeikhul islam.
Alangkah malunya mereka, alangkah
malunya para imam yang diikuti Ibn Abdil Wahab karena pendapatnya
bertentangan dengan pendapat kaum muslimin.
Dalam hal ini, kaum wahabi, dengan
akidah mereka yang rusak, telah mengkafirkan Ibnu Taimiyah, karena ia
telah menganggap baik hal yang syirik dan kufur menurut anggapan mereka.
Ini semua adalah bukti bahwa mereka
adalah kelompok mudzabdzab (plin-plan), kontradiksi dan menyimpang dari
ajaran Ahlussunnah wal Jamaah
Segala puji selamanya bagi Allah, di permulaan dan penghujung.
KETIGA, dalam
Majmu Fatawanya Jilid 4 Hal.379 Ibnu Taimiyah mengakui keberadaan wali
qutb, autad dan abdal. Dia juga menegaskan, jika malaikat membagi rejeki
dan mengatur alam maka orang-orang saleh bisa berbuat lebih dari para
malaikat. Apalagi para wali qutb, Autad, Ghauts, wali abdal dan Nujaba’.
وَقَدْ قَالُوا : إنَّ
عُلَمَاءَ الْآدَمِيِّينَ مَعَ وُجُودِ الْمُنَافِي وَالْمُضَادِّ أَحْسَنُ
وَأَفْضَلُ . ثُمَّ هُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ؛ وَأَمَّا
النَّفْعُ الْمُتَعَدِّي وَالنَّفْعُ لِلْخَلْقِ وَتَدْبِيرُ الْعَالَمِ
فَقَدْ قَالُوا هُمْ تَجْرِي أَرْزَاقُ الْعِبَادِ عَلَى أَيْدِيهِمْ وَيَنْزِلُونَ بِالْعُلُومِ وَالْوَحْيِ وَيَحْفَظُونَ وَيُمْسِكُونَ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ أَفْعَالِ الْمَلَائِكَةِ . وَالْجَوَابُ : أَنَّ صَالِحَ الْبَشَرِ لَهُمْ مِثْلُ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ مِنْهُ
وَيَكْفِيك مِنْ ذَلِكَ شَفَاعَةُ الشَّافِعِ الْمُشَفَّعُ فِي
الْمُذْنِبِينَ وَشَفَاعَتُهُ فِي الْبَشَرِ كَيْ يُحَاسَبُوا
وَشَفَاعَتُهُ فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَدْخُلُوا الْجَنَّةَ . ثُمَّ
بَعْدَ ذَلِكَ تَقَعُ شَفَاعَةُ الْمَلَائِكَةِ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ
قَوْلِهِ : { وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ } ؟
وَأَيْنَ هُمْ عَنْ الَّذِينَ : { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ
كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِمَّنْ يَدْعُونَ إلَى
الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ ؛ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً ؟ وَأَيْنَ
هُمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” { إنَّ مِنْ
أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعُ فِي أَكْثَرَ مِنْ رَبِيعَةَ وَمُضَرَ } ” ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ الْأَقْطَابِ وَالْأَوْتَادِ والأغواث ؛ وَالْأَبْدَالِ وَالنُّجَبَاءِ ؟
Apakah ini pendapat Ibnu Taimiyah ini tergolong khurafat, takhayul dan bid’ah? Adakah dasarnya dari Qur’an dan Sunnah?
KEEMPAT,
tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa
mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka
ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa jilid 24 halaman 306 ia
menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat
dari hadiah orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam
agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’
(konsensus) ulama’. Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahli bid’ah”.
Hal senada juga diungkapkannya berulang-ulang di kitabnya, Majmu’ Fatawa, diantaranya pada Jilid 24 hal. 324
KELIMA,
tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal. 507, Syeikh Ibnu
Taimiyah berkata, “Adapun para imam sufi dan para syeikh yang dulu
dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya,
Syeikh Abdul Qadir Jaelani serta yang lainnya. Maka, mereka adalah
orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Allah.”
Selanjutnya, pada jilid. 11 hal. 18 Ibnu Taimiyah berkata,
والصواب أنهم مجتهدون في طاعة الله
KEENAM, pujian
Ibnu Taimiyah terhadap para ulama sufi. Berikut ini kutipan dari surat
panjang Ibnu Taimiyah pada jamaah Imam Sufi Syekh Adi bin Musafir Al
Umawi, (Majmu’ Fatawa jilid 3 hal. 363-377). Ini sudah cukup menjadi bukti, begitu hormatnya Ibnu Taimiyah pada kaum sufi.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ أَحْمَدَ ابْنِ تيمية إلَى مَنْ يَصِلُ إلَيْهِ هَذَا الْكِتَابُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ الْمُنْتَسِبِينَ إلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ؛ الْمُنْتَمِينَ إلَى جَمَاعَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ الْقُدْوَةِ . أَبِي الْبَرَكَاتِ عَدِيِّ بْنِ مُسَافِرٍ الْأُمَوِيِّ ” – رَحِمَهُ اللَّهُ – وَمَنْ نَحَا نَحْوَهُمْ –
Dari Ahmad Ibnu Taimiyah kepada penerima surat ini, kaum muslimin yang tergolong Ahlussunnah wal Jamaah, yang bernisbat pada jamaah Syeikh al-Arif, seorang panutan, Yang penuh berkah, Adi bin Musafir Al Umawi
وَلِهَذَا كَثُرَ فِيكُمْ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ وَالدِّينِ..
Karenanya, banyak diantara kalian orang-orang saleh yang taat beragama
وَفِي أَهْلِ الزَّهَادَةِ وَالْعِبَادَةِ مِنْكُمْ مَنْ لَهُ الْأَحْوَالُ الزَّكِيَّةُ وَالطَّرِيقَةُ الْمَرْضِيَّةُ وَلَهُ الْمُكَاشَفَاتُ وَالتَّصَرُّفَاتُ . وَفِيكُمْ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ الْمُتَّقِينَ مَنْ لَهُ لِسَانُ صِدْقٍ فِي الْعَالَمِينَ
Diantara orang-orang zuhud
dan ahli ibadah dari golongan kalian terdapat mereka yang punya
kepribadian bersih, jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf.
Diantara kalian juga terdapat para wali Allah yang bertakwa dan menjadi
buah tutur yang baik di alam raya.
Cermati kata-kata yang dipakai Ibnu Taimiyah dalam risalahnya berikut: panutan, Abil barakat, berkepribadian
bersih, jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf, para wali
Allah. Semua itu menyuratkan pengakuan beliau akan kebesaran orang-orang
sufi yang bersih hati. Adakah orang-orang wahabi sekarang ini
meneladani beliau?
Surat tersebut selengkapnya juga bisa dibaca di Maktabah Syamilah versi 2 Juz 1 hal. 285-286.
KETUJUH, Ibnu Taimiyah mengakui khirqah sufiyah dalam kitabnya, Minhajus Sunnah Jilid 4 Hal. 155
الخرق متعددة أشهرها خرقتان خرقة إلى عمر وخرقة إلى علي فخرقة عمر لها إسنادان إسناد إلى أويس القرني وإسناد إلى أبي مسلم الخولاني وأما الخرقة المنسوبة إلى علي فإسنادها إلى الحسن البصري
“Khirqah itu ada banyak
macamnya. Yang paling masyhur ada dua, yakni khirqah yang bersambung
kepada Sayidina Umar dan khirqah yang bersambung kepada Sayidina Ali bin
Abi Thalib. Khirqah Umar memiliki dua sanad, sanad kepada Uwais
Al-Qarniy dan sanad kepada Abu Muslim Al-Khawlaniy. Adapun khirqah yang
dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, sanadnya sampai kepada Imam Hasan
Al-Bashri.”
Jelas sudah, Ibnu Taimiyah
menyatakan keberadaan sanad khirqah ini. Lantas, apakah beliau punya
sanad khirqah? Dalam kitab yang sama beliau memberi jawab,
وقد كتبت أسانيد الخرقة لأنه كان لنا فيها أسانيد
“Aku telah menulis sanad-sanad khirqah, karena kami juga punya beberapa sanad khirqah”
Kini kita telah paham, Ibnu
Taimiyah ternyata memiliki khirqah. Tak hanya satu, tapi beberapa.
Lantas apakah Syaikh-syaikh wahabi saat ini juga punya khirqah seperti
halnya Ibnu Taimiyah?.
KEDELAPAN, Pernyataan bahwa seluruh alam takkan diciptakan kalau bukan karena Rasulullah Saw. bisa dibenarkan. (Majmu’ Fatawa jilid 11 hal. 98)
وَمُحَمَّدٌ إنْسَانُ هَذَا الْعَيْنِ ؛ وَقُطْبُ هَذِهِ الرَّحَى وَأَقْسَامُ هَذَا الْجَمْعِ كَانَ كَأَنَّهَا غَايَةُ الْغَايَاتِ فِي الْمَخْلُوقَاتِ فَمَا يُنْكَرُ أَنْ يُقَالَ : إنَّهُ لِأَجْلِهِ خُلِقَتْ جَمِيعهَا وَإِنَّهُ لَوْلَاهُ لَمَا خُلِقَتْ فَإِذَا فُسِّرَ هَذَا الْكَلَامُ وَنَحْوُهُ بِمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ قُبِلَ ذَلِكَ
“Nabi Muhammad Saw. adalah
esensi kedua mata ini. Beliau adalah poros segala pergerakan alam ini.
Ia laksana puncak dari seluruh penciptaan. Maka tak bisa ditepis lagi
bahwa untuk beliaulah seluruh alam ini diciptakan. Kalau bukan karena
beliau, takkan wujud seluruh semesta ini. Bila ucapan ini dan semisalnya
ditafsir sesuai dengan Al-Quran dan Hadis maka hendaknya diterima.”
Demikianlah sekelumit data
dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab Ibnu Taimiyah sebagai
rujukan kaum wahabi. Tak ada sentimen pribadi yang melandasi tulisan
ini. Kami hanya berharap semua pihak bisa menerima kebenaran secara
obyektif, lalu tak ada lagi sikap cela-mencela di antara sesama muslim. Ibnu KhariQ