Istigfar
Dengan Istighfar,Rizqi akan Mengalir
Read more
1 2 3 4 5

Miskin atau Kaya, Yang Penting Tetap Sederhana

Senin, 19 Maret 2012


Miskin atau Kaya, Yang Penting Tetap Sederhana 

SELAIN sebagai negarawan yang cakap, Umar bin Khattab juga dikenal sebagai seorang yang zuhud. Keberhasilannya dalam mengantarkan rakyat dan bangsanya memasuki gerbang kehidupan yang lebih baik, tidak mengubah sikap dan pola hidupnya. Ia tetap Umar yang dulu, yang sederhana dan bersahaja.
Pada masa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) ummat Islam hidup selalu pas-pasan, jika tidak boleh disebut berkekurangan. Bagaimana tidak, sedang negara Madinah, yang baru saja dimerdekakan harus menghadapi berbagai berbagai rongrongan musuh yang tidak senang akan kejayaan Islam. Oleh karenanya wajar jika pembangunan fisik, kurang mendapatkan sentuhan, bahkan nyaris tidak terurus.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar bisa dibilang hampir sama, kecuali ada sedikit kemajuan. Wilayah Islam mulai berkembang, merambah ke berbagai wilayah yang berdekatan. Akan tetapi musuh Abu Bakar tidak sedikit. Ia harus menghadapi para pembangkang yang keluar dari Islam. Jumlah mereka tidak kecil, demikian juga kekuatannya. Alhamdulillah musuh-musuh Islam itu telah berhasil dilenyapkan oleh Abu Bakar. Dengan gambaran kondisi di atas adalah wajar jika dalam pemerintahan Abu Bakar, kesejahteraan ummat dalam bidang materi belum bisa dihitung, walaupun sedikit ada kemajuan.
Pada pemerintahan Umar, wilayah Islam terus berkembang. Tidak saja terbatas di jazirah Arab, tetapi juga meliputi bangsa-bangsaa asing, bahkan telah menyeberang ke Eropa. Satu persatu kekuasaan kafir berhasil ditundukkan. Termasuk kerajaan Parsi yang sudah sangat maju dan tinggi peradabannya.
Tentu saja perubahan besasr terjadi di kalangan ummat Islam. Harta kekayaan melimpah, ummat banyak, dan kekuatan militer besar dan terlatih. Poros dunia mulai bergeser dari dua super power – Roma dan Persia – ke dunia baru Islam, yang berpusat di Madinah.
Bagi kebanyakan ummat yang tidak langsung mendapatkan bimbingan dari Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم), perubahan di bidang materi ini tentu saja bisa mengubah sikap mentalnya. Jika biasanya hidup dalam berkesahajaan, kini mulai ikut-ikutan cara baru sebagaimana layaknya penduduk negeri-negeri yang telah ditaklukkan. Mulai dari gaya berpakaian sampai ke gaya hidup.
Di tengah perubahan besar seperti ini, sebagai sosok pemimpin dengan kekuasaan yang amat besar, Umar, tetap menunjukkan sikap dan perilaku yang sama. Tidak ada sedikitpun yang berubah pada diri Umar, termasuk dalam memandang harta. Ia tak tergiur sedikitpun terhadap harta, walaupun harta itu telah ada di depan matanya. Jangankan korupsi, mengambil haknya sendiri saja ia masih enggan.
Sangat wajar dan rasional jika Umar mendapatkan gaji lebih besar daripada Abu Bakar, sebab pada saat ia memimpin, luas wilayahnya membengkak beberapa kali lipat, pendapatan negara juga melonjak, kesejahteraan rakyat juga meningkat. Akan tetapi Umar ternyata memilih gaji yang sama seperti yang diterima oleh kepala negara sebelumnya. Padahal harga-harga kebutuhan pokok telah meningkat, sementara kebutuhannya juga semakin banyak.
Orang-orang terdekatnya bukan saja merasa iba, tapi ikut prihatin atas sikap pemimpinnya. Berkali-kali usulan diajukan untuk menambah gajinya, tapi selalu ditolaknya.
Tentang kezuhudan Umar bin Khattab ini, Ibnu Asakir menceritakan sebuah atsr dari Hasan Basri. Ia berkata, “Ketika aku mendatangi suatu majelis di masjid jami’ kota Basra, kudapatkan sekelompok sahabat Nabi saw yang sedang membicarakan tentang kezuhudan Abu Bakar dan Umar, di tengah berlimpah-ruahnya kekayaan yang diperoleh kaum muslimin dari berbagai wilayah yang ditaklukkan.
Ketika mendekati al-Ahnaf bin Qais al-Tamimi ra aku mendengar ia berkata, “ketika kami diutus oleh Umar ke Persia dan wilayah sekitarnya, maka kami berhasil mengumpulkan beberapa pakaian yang bagus dari wilayah-wilayah itu. sewaktu kami menghadap dengan mengenakan pakaian-pakaian mewah tersebut di hadapan Umar, ia memalingkan wajahnya dari kami dan menjauh. Sikap tersebut menjadikan para sahabat Rasulullah saw merasa takut, sehingga mereka mengadukan masalah ini kepada Ibnu Umar yang ketika itu berada di masjid. Kata Abdullah Ibnu Umar, “Mungkin ia marah, karena ketika menghadapnya, kalian sedang berpakaian mewah yang berbeda dengan keadaan kalian di masa Rasulullah dan Abu Bakar al-Shiddiq ra.”
Kami segera pulang ke rumah masing-masing dan segera menukar pakaian mewah dengan pakaian yang biasa kami pakai di masa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) dan Abu Bakar. Maka di saat menghadap Umar dengan pakaian tersebut, ia bangkit menyalami kami dan merangkul kami seorang demi seorang seolah baru pertama kali bertemu.
Ketika kami hadapkan kepada Umar semua ghanimah tersebut dengan cara yang sama di antara kami. Ketika kami haturkan di hadapannya sekaleng makanan, ia mencicipinya sedikit, kemudian berkata kepada kami, “Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, mungkin dikarenakan makanan sekaleng ini, seorang anak saling berebut dengan ayah dan saudara-saudaranya. Kemudian ia menyuruh segera membagikan makanan tersebut kepada anak-anak para syuhada’. Muhajirin dan Anshar yang ayah-ayahnya gugur di masa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) tak lama kemudian ia bangkit diikuti para sahabat yang lain.
Seusai acara ini para sahabat melanjutkan obroannyaj. Mereka berkata, “Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, bagaimana kamu lihat kezuhudan orang ini (Umar) dan pakaian yang disandangnya. Sungguh mengherankan sedangkan Allah Subhanahu Wata’ala  telah melimpahkan rezeki yang berlimpah-ruah kepada kaum muslimin dan telah menaklukan semua bangsa-bangsa yang berada di jazirah Arabiyah. Utusan orang-orang Arab dan asing semuanya berdatangan kepadanya, akan tetapi kami lihat ia menghadapi mereka dengan memakai jubah satu-satunya yang sudah dihiasi dua belas tambalan.”
Mereka kemudian melanjutkan rembukannya. Katanya, alangkah baiknya jika kalian – tokoh-tokoh sahabat yang dekat dengan Umar – mengusulkan agar ia mau mengganti jubahnya itu dengan pakaian yang lebih baik sehingga kelihatannya lebih dan lebih tampan, agar ia juga mau menggantikan piring yang biasa dipakainya jika ia makan di hadapan para sahabat.
Untuk kepentingan itu, para sahabat bersepakat mengutus Ali bin Abi Thalib. Alasannya, selain dikenal berani, ia adalah seorang menantu Rasulullah.
Akan tetapi ketika usulan itu disampaikan kepada Ali, ia malah menjawab, “Aku tidak berani menyampaikan usul itu kepada Umar. Sebaiknya kalian menemui para istri Rasulullah sebab mereka adalah ibu bagi kaum mukminin dan hal itu lebih pantas.”
Atas usul tersebut, para tokoh sahabat ini mendatangi rumah ‘Aisyah dan Hafsah, keduanya tinggal dalam satu rumah. Maka ‘Aisyah berkata, “Aku yang akan menyampaikannya kepada Amirul Mukminin.” Akan tetapi Hafsah (putri Umar bin Khattab) justru sanksi. Ia berkata, “Menurutku Umar tak mungkin menerima usul tersebut.”
Ketika keduanya datang ke rumah Umar, ia menyambutnya dengan penuh hormat. ‘Aisyah membuka pembicaraan, “Wahai Amirul Mukminin, bolehkah aku menyampaikan sesuatu kepadamu?” Boleh, jawab Umar.
Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah wafat dan telah kembali ke haribaan-Nya sedangkan beliau belum sempat menikmati kesenangan duniawi sedikitpun. Demikian pula Abu Bakar, khalifah Rasulullah yang telah menghidupkan sunnah-sunnah beliau, menumpas orang-orang yang keluar dari Islam, menegakkan pemerintahan dengan adil dan membagikan harta ghanimah dengan cara yang sama, dan beliau meninggal sebelum sempat menikmati kesenangan dunia.
Sedangkan engkau, kini telah dibukakan di hadapanmu semua kekayaan yang telah dimiliki kaisar Romawi dan Parsi. Kini berdatangan utusan-utusan bangsa Arab dan asing ke hadapanmu, sedangkan kau memakai jubah ini yang padanya terdapat dua belas tambalan. Alangkah baiknya jika engkau mau menggantikan jubah usang itu dengan pakaian yang lebih anggun, sebab Allah telah melimpahkan harta yang berlimpah-ruah di hadapanmu.”
Mendengar ucapan ini, Umar pun menangis, seraya berkata, Demi Allah, aku tanya kepadamu, pernahkan Rasulullah kenyang dari roti mewah selama berhari-hari dalam hidupnya? Pernahkah Rasulullah minta dihidangkan kepadanya makanan-makanan mewah? Kedua pertanyaan ini selalu dijawab: tidak! Maka umar pun berkata, “Wahai istri-istri Rasulullah, kalau kalian saksikan bahwa Rasulullah saw tidak pernah makan dan berpakaian secara mewah, mengapa kalian berdua datang kepadaku seraya mengusulkan kepadaku agar aku hidup mewah sepeninggalnya?”
Umar melanjutkan pembicaraanya, “Wahai Hafsah, mengapa engkau suruh aku hidup mewah, sedangkan engkau tahu walaupun Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah diampunkan dosanya  yang terdahulu maupun yang kemudian, namun beliau tetap hidup melarat dan tetap bersemangat dalam beribadah, baik di waktu siang maupun petang. Begitulah kehidupan beliau sampai menjelang wafatnya. Demikian pula Abu Bakar, seorang khalifah Rasulullah yang telah dibukakan di hadapannya harta yang berlimpah-ruah, namun beliau tetap hidup amat sederhana dan bersemangat dalam ibadahnya hingga menjelang hari wafatnya. Karena itu aku akan tetap mengikuti pola hidup sederhana ini hingga hari wafatku, sebab aku hendak meniru kedua sahabatku yang mulia itu.”
Ketika jawaban Umar itu disampaikan kepada para sahabat, mereka pun terdiam. Tidak ada satupun di antara mereka yang berani mengusulkan lagi kepada Umar. Dan Umar tetap dalam kesederhanaannya hingga menemui ajalnya.
Bagaimana dengan para penerusnya? Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah dua sahabat yang menjadi khalifah sepeninggalnya. Keduanya melanjutkan kebiasaan pendahulunya. Meskipun Utsman sejak semula kaya raya, tapi ia tetap memilih gaya hidup sederhana. Ali bin Abi Thalib yang sejak mudanya menjalani kehidupan sebagai zahid, ketika berkuasapun tetap zahid. Ia tetap sederhana dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
Kita memang bukan Umar, Ali, maupun Abu Bakar. Tetapi pantaslah berkaca kepadanya.*

0 komentar:

Posting Komentar

Renungan Malam, Agar Kita Mengoreksi diri
1. Barangsiapa yg merasa berat karena musibah, hendaklah ia mengingat kematian karena hal itu akan meringankannya. Dan barang siapa yg merasa disempitkan oleh suatu urusan, maka hendaklah ia mengingat kubur karena hal itu akan melapangkannya.. Imam Ali binAbiThalib kw
2. Dialog Imam Ja'far Shadiq dg salah satu muridnya: apa arti Syukur? Lalu muridnya menjawab ' Syukur adalah ketika kita memperoleh apa yg kita dpt, mengucap Alhamdulillah dan ketika blm memperolehnya kita Bersabar. Dijawab oleh Imam:' Yg spt itu adalah Anjing, ( kita bisa lihat perilaku anjing saat dpt makanan), lalu sang murid bertanya ' Ya Imam, lalu apa Syukur itu? Imam menjelaskan ' Jika kamu mendpatkan apa yg kamu peroleh, maka berbahagialah kpd org lain dan jika kamu belum mendptkan apa yg kamu cari ucapkan Alhamdulillah.
3. Benar benar mengherankan, seseorang merasa gembira akan kebaikan yg disematkan kepadanya sedang kebaikan itu tidak ada pada dirinya? Dan seseorang yg sedih terhadap keburukan yang dituduhkan pada dirinya sedang keburukan itu tak ada pada dirinya? (Imam Ali bin AbiThalib kw)
4. Imam Ali kw berkata : “Barangsiapa yang membaca Al Qur’an sedangkan ia berdiri dalam shalat, maka dalam setiap huruf ia akan mendapat seratus kebaikan, barangsiapa yang membacanya dalam keadaan duduk sewaktu shalat, maka ia akan mendapat dalam setiap huruf lima puluh kebaikan, barangsiapa yang membacanya di luar shalat sedangkan ia dalam keadaan suci, maka dalam setiap huruf ia akan akan mendapat dua puluh lima kebaikan dan barangsiapa yang membacanya tidak dalam keadaan suci, maka dalam setiap huruf ia akan mendapat sepuluh kebaikan.” (Dari buku "Nasehat Untukmu Wahai Saudaraku"
5. Fitnah, cacian, makian serta hasut selalu menjadi kawan beliau dari ancaman dari orang-orang yang belum mendapat petunjuk Allah SWT, dengan hati yang teguh prinsip dan yakin akan kebesaran Allah SWT dan Rasul-Nya tidak membuat gentar perjuangan beliau untuk berdakwah, sehingga Allah menghendaki beberapa murid yang mengikuti beliau untuk menggali ilmu kepadanya, dan Allah pun tidak mendiamkan hamba-hambanya yang berdekatan dengan beliau tanpa ujian. Cobaan terus berlanjut sampai akhirnya beliau di tinggal oleh Ayahandanya yaitu Al Habib Ja’far bin Umar Assegaf, kesabaran itulah jawabannya yang akhirnya Allah SWT mengizinkan dari hamba-hambanya yang hanya beberapa orang bertambah menjadi ratusan orang yang belajar menuntut ilmu kepadanya.
6. Tahun demi tahun berlalu ujianpun bertambah tetapi karunai Allah SWT selalu di atas kepalanya yang kepada akhirnya Allah SWT menghibur dengan memperbanyak para hamba-hambanya untuk mengikutinya dan di namai perkumpulannya dengan nama “Majlis Nurul Musthofa”.
7. Barangsiapa yg merasa berat karena musibah, hendaklah ia mengingat kematian karena hal itu akan meringankannya. Dan barang siapa yg merasa disempitkan oleh suatu urusan, maka hendaklah ia mengingat kubur karena hal itu akan melapangkannya.. Imam Ali binAbiThalib kw.
8. Semua yang baik sudah pasti benar. Namun tidak semua yg benar berarti baik. Kebaikan harus melalui filter kebenaran baru dpt menyandang kebaikan. Karena kebaikan melaksanakan sesuatu yg lebih setelah terpenuhi unsur kebenarannya (wajibnya). Sungguh tdk gampang menjadi org baik!
9. Allah Ta’ala berfirman seketika kalian meminta tolong kepada Allah Ta’ala dan Allah Ta’ala menjawab doa kalian. Malah semalam sebelum turunnya ayat ini Rasulullah SAW tidak bisa tidur, Beliau bermunajah dalam tahajudnya, “Ya Hayyu Ya Qoyyum”. Beliau banyak menangis. Beliau banyak memohon kepada Allah Ta’ala. Maka Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq رضي الله عنه yang bersama Nabi ikut menangis dan memeluk Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan berkata , “Cukup ya Rasulullah, Allah Ta’ala pasti akan mengabulkan doamu”. Dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah mengajarkan kepada kita bagaimana caranya mengetuk pintunya Allah Ta’ala dan memohon kepada Allah Ta’ala. Sebaik-baiknya hal yang ada didalam hati kita pada saat Allah Ta’ala sedang menatap hati dan bathin kita adalah bagi Allah menemukan dalam hati kita penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa kita. Dan sesungguhnya sebagaimana dalam hadits, orang mukmin; dia memandang dosa yang dia lakukan, dosa peribadinya itu bagai gunung yang ada di atas kepalanya yang sewaktu-waktu boleh menimpa dirinya dan membinasakannya. Adapun seorang munafik; menganggap dosa yang dia lakukan itu bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya yang boleh dia usir bila-bala sahaja.
10. Ciptakanlah rasa rindu kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana tercantum dalam firmanNya,“Rasulullah adalah karunia yang paling nyata.”Dengan perasaan rindu, akan membuat amal seseorang menjadi tinggi. Jika seseorang mempunyai ikatan batin (ta’alluq) dengan hal-hal yang rendah niscaya amalnya menjadi rendah pula.Lihatlah perasaan kerinduan Sayyidina Abubakar Ash-Shiddiq kepada Rasulullah SAW ketika beliau mendatangi rumahnya di waktu yang tidak seperti biasanya. Kemudian Rasulullah menyampaikan berita rahasia akan perintah Allah agar beliau SAW berhijrah. Segera Sayyidina Abubakar bertanya,“Apakah saya dapat menemani dirimu, wahai Rasulullah?” Rasullullah mengiyakan. Mendengar hal itu Sayyidina Abubakar menitikkan airmata bahagia karena kerinduannya kepada Rasulullah SAW. Sehingga Sayyidah Aisyah RA, yang ketika itu masih sangat belia usianya, berkata, “Baru kali ini aku melihat ada orang menangis karena bahagia.” Kerinduan Sayyidina Abubakar untuk berjuang bersama Nabi, untuk menemani Nabi, diganjar oleh Allah SWT dengan menemani Rasulullah, bersama-sama beliau SAW selama 3 hari 3 malam di Gua Tsur. by Abdul Kadir Assegaff
11. Hanya ada 1 (satu) surat yg isi nya dialog dgn Allah secara lgsg. yakni srt Alfateha sampe srt ini alfateha pun yg jd bentuk gerakan sholat
1. tiap2 Takbir Allahu Akbar a) Iyaka nabudu wa iyaka nasta'in ( Hanya Allah tempat ku menyembah dan memohon pertolongan ) b) ihdinash shirotol mustaqim ( berikanlah aku kekuatan untuk selalu mendapat petunjuk MU ya Allah ku ) (hanya Allah Swt tmpt ku menyembah & utk minta segala pertolongan NYA atas segala kebesaran Maha2NYA yg ada pd Asmaul husna,hingga aku mohon berilah aku selalu dan selama nya petunjuk untuk selalu di jalan MU ya Allah)
2, Sedekap sambil baca surat al fateha : (1)Bismillah hirrohman nirrohim….. = hanya ALLAH lah tempat ku meminta …
3.Ruku : Iyaka nabudu wa iyaka nasta'in (y Allah tempat ku memohon dari kesucian MU atas keburukan hamba MU ini y Allah , dsinilah kita membungkuk karena memikul dosa2 dan kesalahan yg begitu berat dalam menghadap kesucian ALLAH ) , jadi gerakan ruku ini menurut saya ‘’ betapa berat dosa2 yg saya PANGGUL karena kezoliman saya , saat saya menghadap dan bermohon dalam kesucian Allah Swt ‘’
4.sujud : a) alhamdulillahi robbil alamin (puja puji syukur atas segala nikmat yg Allah berikan shgg nikmat2 Allah itu sangat benar2 sangat ku rasakan , karena mati hati dan pikiran ku terbuka karena ini semua dari Engkau y Allah ku , bimbinglah aku agar menjadi hamba MU yg selalu bersyukur atas nikmat2 yg Engkau berikan )
b) arohman nirohim (Allah Maha Pengasih & Penyayang HANYA kpd org yg SABAR,IKHLAS , karena Allah sengaja ciptakan diri ku untuk DI UJI ketakwaan ku , apakah selama ini kita menjadi hamba kesayangan Allah , atau sebalik nya …)
c) maliki yaumidin ( krn hanya Allah pemilik hari akhir)
oleh karena itu dengan penuh syukur ku atas segala nikmat2 yg telah Allah berikan kpd diriku krn Allah nyata2 telah berikan kesempurnaan pd diri ku yg kmdn hidup ku untuk di uji agar menjadi mahluk MU (termasuk aku d dlm menjalankan mendirikan sholat dan bermohon kpd MU y Allah , dgn penuh KEPASRAHAN akan apa yg Engkau kehendaki pd setiap gerak kehidupan ku) agar aku menjadi hambu MU yg penuh Sabar & Ikhlas hingga Allah meminta diriku utk benar2 bertaqwa , agar diri ku selalu dlm kemuliaan MU sbg pemilik Tertinggi di hari Akherat)
5,duduk : wa iyaka nastain (doa permohonan , karena dengan permohonan ampunan lah agar Engkau ya Allah selalu menyayangi ku )
6.atahiyatul : izin aku y Allah atas nama MU dan penerang ciptaan MU melalui Rasulullah dan Nabi Ibrahim yg lurus :
a) ihdinash shirotol mustaqim
b) shirotol ladzina ...
(doa mohon minta agar Allah selalu memberi petunjuk ke seperti yg telah Allah berikan kpd Rasulullah dan Nabi Ibrahim As yg Lurus , agar segala pekerjaan ku d dunia ini hanya untuk melayani Engkau y Allah ku , agar aku tdk selalu menzolimi diri ku sendiri yg tanpa henti2ny baik yg ku sadari maupun yg tanpa ku sadari) AMIN .Argasetya Dumais on Facebook
12. Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah. Barang siapa Semakin mengenal kepada allah niscaya akan semakin takut. Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung. Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya. Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya. Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini. Abdul Kadir Assegaff on facebook